Romo: pandangan itu tidak sepenuhnya benar. Bagi Gereja Katolik, bidang sospol adalah juga kebon anggur Tuhan dimana Gereja diutus untuk bekerja juga di situ. Dalam pandangan Gereja Katolik yang tidak boleh terlibat dalam bidang politik secara praktis adalah para imam Gereja/para pastor, tetapi yang lain: umat, awam, didorong oleh Gereja untuk berani terlibat dalam bidang sospol. Kenapa para Pastor tidak boleh terlibat dalam sospol, ada 2 alasan mendasar:
- Para pastor sebagai gembala harus bersikap netral, tidak boleh memihak, harus objektif mengayomi & membimbing semuanya. Tidak akan membeda-bedakan.
- Kalau pastor terlibat dalam salah satu bidang politik praktis dalam partai politik tertentu, yang membahayakan adalah tindakan pastor bisa membutakan hati nurani umat, contoh di Indonesia, saya sebagai Pastor ikut partai A, tapi ada umat yang sebenarnya pilihannya ikut partai B, tapi karena melihat pastornya di partai A, dia akhirnya ikutan-ikutan ke A, padahal hatinya di B. Itu yang membutakan hati nuraninya
Rocky: Umat juga harus batasan-batasan agar tidak menyalahi aturan Gereja Katolik. Batasan-batasan atau rujukan apa yang bisa digunakan oleh umat agar tidak menyalahi aturan tersebut?
Rocky: Kenapa di umat kita masih ada keengganan untuk mau terlibat dalam bidang sospol?
- Sedikit yang terlibat dalam bidang politik.
- Ketika ada seorang Katolik, yang terlibat dlm bidang politik dia tidak dikatakan melaksanakan berkarya untuk Gereja, orang itu dianggap berkarya di luar tembok Gereja.
Itu konsekuensi yang terjadi dari pandangan Gereja Katolik tidak berpolitik itu.
Rocky: Lalu, nilai-nilai apa yang harus dibawa oleh seorang umat dalam bidang sospol ini?
Romo: Seperti kita ketahui bahwa Yesus Kristus datang ke dunia membawa misi dari Allah Bapa, membawa kabar keselamatan/kabar baik dari Allah. Tugas Kristus itu yang diterima dari Bapa, diteruskan Yesus kepada murid-muridnya. Para murid bertugas mewartakan kabar baik di dalam seluruh kehidupan ini termasuk dalam bidang sospol. Maka bagi seorang Katolik yang terlibat dalam bidang sospol nilai yang dibawa oleh dia bahwa dia adalah murid Yesus yang membawa kabar baik, mewartakan kabar baik di dalam bidang sospol. Kabar baik itu apa? Seperti apa? Bentuk konkrit dari kabar baik itu adalah yang dirumuskan dalam tujuan itu, yaitu terbangunnya dan terwujudnya masyarakat yang lebih baik. Kabar baik dalam bentuk itu menjadi sangat konkrit, ketika seorang Katolik dalam keterlibatannya dalam bidang sospol mengupayakan, bentuknya bisa macam-macam, kehidupan masyarakat yang lebih baik, di situ dia mengemban amanat Kristus. Ketika seorang Katolik dalam kewenangannya dia merumuskan sebuah peraturan daerah supaya daerah menjadi lebih baik, di situ dia mengemban amanat Kristus, ketika seorang Katolik di Balikpapan ini bekerja di dalam kantornya, dalam keterlibatannya memperjuangkan keputusan-keputusan untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik, di situ dia mengemban misi Kristus.
Rocky: Jadi apapun keputusan-keputusan yang diambil untuk menjadikan orangg lebih baik, meskipun bukan dalam lingkungan Gereja, itu berarti implementasi dari pewartaan yang dimaksud tadi, ya?
Romo: Betul, berangkat dari imannya yang mengimani Yesus Kristus, diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Silka: Romo, setelah kita mengetahu fakta-fakta, bahwa sebenarnya kita tidak dilarang untuk terjun ke dunia sospol, apa yang harus kita lakukan sebagai umat Katolik, sebagai Imam, dan sebagai Gereja Katolik di bidang sospol di masa mendatang?
Romo: Paradigma yang berpendapat, Gereja Katolik dilarang terlibat dalam bidang sospol. Itu harus diubah. Bidang sospol yang dianggap barang haram, harus diubah. Kita harus punya paradigma pemikiran adalah sospol adalah kebun anggur Tuhan dan kita diutus ke situ. Yang kedua, atas dasar perubahan paradigma itu yang harus diperbuat ke depan adalah kita berani terlibat, karena ketika paradigmanya berubah, tapi kitanya tidak terlibat sama saja tidak akan terjadi apa-apa. Kita harus berani terlibat. Masyarakat yang lebih baik adalah tanggungjawab kita semua. Nota pastoral dari KWI bulan November 2004 menggarisbawahi bahwa: masyarakat yang lebih baik adalah tanggungjawab kita bersama. Baik buruknya masyarakat adalah juga tanggungjawab Gereja Katolik, artinya ketika kehidupan sospol buruk, kendati orang Katolik mengatakan tidak terjun, tetap dia ikut bersalah, karena dia tidak mau terlibat. Kehidupan bermasyarakat yang lebih baik juga tanggung jawab orang Katolik, dalam tugas dan kapasitasnya masing-masing dalam fungsinya di masyarakat. Semua harus berani terlibat. Itu dua point yang mendasar untuk ke depan yang harus terjadi. Kenapa harus terjadi, tidak bisa ditunda, harus mulai sekarang. Secara jujur, dalam arti tertentu ada begitu banyak ketinggalan yang terjadi, karena paradigma yang salah tadi.
Silka: Apa harapan-harapan Gereja Katolik terhadap organisasi politik yang bernafaskan Katolik ini?
Romo: Harapan bagi orang Katolik yang terlibat, adalah berani mewujudkan tujuan itu, berani memegang idealisme itu, kendali sulit, sungguh harus melawan arus masyarakat, arus yang umum terjadi, yang penting saya, yang lain terserah, yang penting saya senang sendiri, yang lain terserah. Atau istilah kerennya jaman sekarang ini “Emang Gue Pikirin” (EGP). Dia harus berani mengubah idealisme itu, menjadi seorang idealis dalam bidang sospol untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik. Itu yang saya pikir harapan paling dasar untuk semua orang tidak hanya orang Katolik, tapi kepada siapapun yang terlibat dalam bidang sospol.
Silka: Romo sendiri cukup lama terlibat dalam bidang sospol, ada pesan untuk orang Katolik yang baru mau terlibat dalam bidang ini?
Romo: Mari kita wujudkan kemauan untuk terlibat, dan kita punya dasar yang sangat kuat tentang keterlibatan ini, yaitu Allah sendiri. Allah menunjukan kabar baik dengan terlibat dalam kehidupan manusia. Yesus meninggalkan tahta di surga, dan menjadi manusia, terlibat dalam kehidupan. Kita pun diajak untuk berani terlibat, sekarang dan jangan ditunda-tunda. (csw)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar